7.9.09

ReVoLuSI

Aku masih hafal betul bagaimana beliau mengajariku, tak pernnah sedikitpun aku berniat untuk menghapusnya dari memoriku. Aku hafal sekali bagaimana beliau meluruskanku jika aku berbuat tidak sesuai dengan keinginannya. Aku masih ingat ketika aku masih belum mengenal bangku sekolah, ketika aku belum mengenal aksara. Menurutnya pendapatnya selalu benar tak pernah mau mengalah, andai mau mengalah pun jikalau argumenku bisa diterima di otaknya.

Aku masih ingat ketika aku masih bocah dulu, dan hal itu begitu merekat di syaraf-syaraf otakku. Ketika aku terlambat bangun. Beliau selalu mengingatkan aku, dengan cara memanggil-manggil namaku dengan lantang, seperti genderang meriam menghancurkan bumi palestina. Dan tanpa aba-aba benda apapun yang didekatnya yang memungkinkan untuk beliau meraihnya di sahutnya dan langsung mampir dibadanku, Seketika mataku terbelalak dan terbuka lebar.

Beliaupun sangat hafal bagaimana sifatku , tapi mengapa dulu beliau belum bisa memahami siapa aku? Sebenarnya aku patut bersyukur dan berterima kasih karena masih bisa berhak atasnya. Sebab beliau sangat berjasa dalam membentuk kepribadianku menjadi sekarang ini.

tika dulu aku hanya diam daan bungkam karena aku tak cukup kekuatan , nyali dan bekal pengalaman untuk membantah argument-argumennya yang menurutku tidak semuanya objektif dan umum dikalangan masyarakat.

Tempo dulu aku masih belum bisa berfikir apakah system mendidik anak-anaknya sudah benar atau sebagiankah? Aku terus memeras otakku untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan yang mampir di otakku. Namun saat itu jawaban-jawaban tak pernah mau maqmpir di otakku.

Tapi sekarang aku mulai berfikir bahwa memang tak semua makhluk didunia yang hidup sempurna. Begitu pula dengan beliau, tak ada gading yang tak retak. Semua butuh proses, Saatnya aku bersuara!!!

Kini aku mulai tahu bagaimana cara ia mendidikku. Aku berterima kasih berkat didikan kerasnya yang membuatku semakin tegar menghadapi semua masalah hidup, aku menjadi tau. Dan kini aku menjadi berani unjuk gigi didepan beliau jikalau ada kata-katanya yang kurang berkenan di hati para pendegarnya. (healah)

Kini perlahan-lahan mulai kus adarkan beliau dengan secuil argumenku yang kudapat dari dunia lain yang ku anggap bisa sedikit ku tempelkan di fikirannya dan merubahnya seperti sekarang ini. Sehingga beliau menjadi paham betul dengan sifat dan sikap anak-anaknnya dan mulai bisa menerima secuil argumen dari para sanak familinnya.

Akibatnya Kini aku bisa membedakan mana yang menurutku bisa diambil hikmah untuk kehidupan anak cucuku kelak . untuk bahan didikanku bagi mereka. Dan akupun menjadi paham betapa lebih kejam dan kerasnya dunia diluar sana.

0 komentar:

Suara Qolbu Bocah Kecil © 2008 Por *Templates para Você*