9.1.12

Cewek Vs Cowok


Apakah seorang laki-laki pernah merasakan berharap lebih kepada seorang perempuan???
            Pasti sering dialami oleh para cewek semua bahwa berhrap lebih kepada seorang cowok. Padahal dia belum tentu tahu apakah cowok itu mempunyai rasa lebih kedia atau tidak. Itulah yang sering dirasakan cewek pada umumnya. Sudah menjadi sebuah tradisi bahwa seorang cewek malu menyatakan lebih dahulu perasaannya. Itulah yang menyebabkan seorang cewek lebih cenderung berharap lebih pada seorang cowok. Lebih jelasnya bahwa seorang cewek gampang GR bila ia diberi perhatian lebih dari lawan jenisnya itu. Wajarlah bila demikian, karena cewek cenderung menggunakan perasaannya  dari pada akalnya. Sekarang pertanyannya apakah seorang cowok pernah merasakan demikian????
            Beberapa pertanyaan itu mulai timbul dibenak saya ketika saya sering mendengar keluhan temen-temen cewek saya, kenapa mereka selalu tersiksa ketika seorang laki-laki dambaannya tidak merespon perasaanya. Sehingga menyebabkan seorang perempuan benar-benar merasa menaruh harapan lebih pada seorang cowok. Mereka kebanyakan akan merasa kecewa diakhirnya karena para lelaki tidak ngeh dengan apa yang dilakukan seorang padanya selama ini. Padahal apa yang dilakukan mereka selama ini adalah memberi tanda- tanda kepada seorang pria agar mereka mengerti perasaan cewek tersebut. Kadang timbul pertanyaan dibenak anda bahwa siapa yang salah “seorang cewek yang terlalu berharap lebih kepada seorang cowok, ataukah seorang cowok yang terlalu memberi harapan lebih kepada cewek??? Tergantung sudut pandang anda, bagaimana anda melihat dan menyikapinya.

Mencari Makna Sahabat



Seven icon + satu, sebutan itu yang kurasa cocok untuk  hubunganku dengan sahabat-sahabatku. Hemm, aku masih bisa menyebut mereka seorang sahabat. Dalam eanam bulan terakhir ini kami selalu bersama-sama. Ibaratnya dimanapun kita berada “ gag ada lu gag rame”.  Aku cukup bahagia dengan kehaadiran mereka, walaupun sebenarnya kamipun belum memahami arti kebersamaan kami selama ini. Apakah bisa disebut persahabatan ataukah hanya sebuah ikatan antar teman yangb senasib dan seperjuangan, bahkan ataukah hanya sebuah nama gank semata. Yups kami sering menamai gank kami ini dengan nama D’reinassance, entahlah artinya apa aku pun sama sekali tak paham dengan semua ini. Tapi aku tetap berusaha  mencoba untuk memahami arti hubungan kami ini. Canda tawa sering kami lalui bersama-sama hingga suatu saat akupun sadar memang tak ada sebuah hubungan persahabatan yang tulus yang hanya semata-mata saling melengkapi. Bagiku itu semua nothing.
            Semakin hari kurasakan ada  keganjalan dengan hubungan kami. Akupun mulai tak nyaman dengan semua ini. Ingin rasanya menyalurkan argumentasiku tentang makna persahabatan. Namun itu semua nihil. Hanya rasa sesak yang kupendam dan sedikit-demi sedikit mulai kuabaikan. Hingga akhirnya akupun merasa akulah yang tersingkir. Mungkin dimata mereka aku hanyalah seorang yang kecil dan tak perlu dibesar-besarkan. Dan mungkin menurut mereka aku bekerja setengah-setengah untuk mereka. Kemungkinan-kemungkinan itu yang muncul setiap kali aku bersama mereka. Entah sampai kapan itu semua akan hilang dari benakku.
            Akal sehatku sebenarnya mengingkari akan semua ini, ingin menangis tapi apa yang mesti aku tangisi. “Tak perlu”, kataku. Ingin sekali aku berteriak dan lari dari semua ini namun aku belum bisa melepaskan semua ini begitu saja. Aku masih terlalu pengecut untuk menghadapi hal yang menyangkut masa depanku ini. Ya Robb…apa yang mesti hamba lakukan dengan semua ini????
            Kutinggalkan sejenak masalahku dengan mereka, ku raih laptop dan kubuka situs jejaring social itu kembali. Kurasa hanya teman-teman dunia maya itulah yang bisa membuatku merasa nyaman, mungkin untuk sejenak. Didalam beranda ku tulis sederet kalimat yang mungkin bisa mewakili  perasaanku hari ini,
“MeMAng tak SaLAh ArgumenQ tentang SeORaNg sahaBat,,, Sama Saja,, ataukah aku yang maSIh PENGECUT dengan semua ini???”
Semenit kemudian rangkaian komentar dari beberapa teman dumayku mulai berjejer dibawah statementku. Dengan santainya kumulai membaca satu persatu komentar tersebut. Unik-unik, ada yang membuatku terpaksa memasang senyum lebar karena membaca komentar yang kadang tidak pernah nyambung dengan statementku. Ada juga yang sekedar memberi masukan, support, bahkan tak sedikit juga yang ngasih nasihat dan motuvasi. Dari sinilah aku mulai menyadari betapa pengecutnya aku mengahadapi dunia nyataku. Sebegitu pengecutnya aku???

5.3.11

Siapa JodohQ???




Masih adakah orang yang sempurna dimuka bumi ini??? Kurasa tidak, bukan aku tak percaya akan adanya ciptaan Tuhan Yang Maha Sempurna, tapi aku hanya sedikit ingin tahu bagaimana manusia sempurna bisa hidup di bumi yang serba matrelialistis.
Itulah kawan jika aku masih bisa menemukan manusia sempurna itu, mungkin akan ku jadikan suami ia,,tapi pertanyaannya apakah ia mau memperistri orang seperti aku,,,kalimat itulah yang terlintas dibenakku sekarang. Mungkin jawabannya gampang kalu sudah jodoh kenapa tidak, begitukah kawan??? Kurasa tidak segampang itu, masih ada kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa muncul kapan saja.
Kalau bicara tentang jodoh pasti tak akan ada akhirnya, tapi yang jelas jodoh tetap berada ditangan Tuhan. Manusia hanya berusaha saja dan Tuhanlah yang menentukan. Doa dan usaha dua hal yang harus seiring dan sejalan. Aku selalu berdoa agar Tuhan selalu mengirimkan jodoh yang sekufu, yang pasti sepaham juga.
Tuhan bukakan sedikit celah untukku agar aku bisa mengintip siapa jodohku yang sekarang mungkin masih ditanganMu. Izinkan aku menjemputnya dan menjadikannya sandaran hidupku selamanya untuk menggapai ridhoMu. Tunjukkan aku siapa dia dengan melalui tanda-tanda yang memungkinkan aku untuk membacanya. Agar aku tidak gelisah dalam menata hati ini mengarungi hidup didunia ini.
Hati manusia yang setiap saat bisa berbolak balik, membuatku semakin takut menjalani hidup dalam masa penantian ini. Aku takut jika sebenarnya jodohku sudah dekat didepan mata tetapi aku belum siap menerima ia apa adanya, Atau begitupun sebaliknya. Aku takut apakah aku termasuk seorang yang pemilih. Tetapi jika aku belum bisa menerima seseorang itu untuk hinggap dihatiku, apakah aku harus memaksakannya. Aku belum siap menerimanya bukan alasan apa-apa melainkan aku belum yakin apakah ia termasuk jodohku kelak, hanya itu. Apakah seperti itu salah???



Suara Qolbu Bocah Kecil © 2008 Por *Templates para Você*